30 September 2009

jagalah lima sebelum datang lima

assalammualaikum wr wb
rasulullah saw bersabda
jagalah lima sebelum datang lima
yang pertama kehidupan mu sebelum datang kematian mu
kamu akan menyesal nanti disaat sakaratul maut menjemput mu
karena rasulullah saw mengatakan,allah akan memutarkan satu perjalanan hidup kita disaat sakaratul maut
disaat itulah paling menyedihkan bagi orang-orang yang dzalim,naudzubilah himindzalik…
yang ke dua waktun luang mu sebelum waktu sibuk mu
disaat engkau luang,engkau dapat sujud,allah tidak minta banyak diantara kita untuk bersujud hanya lima menit saja
inilah keberkahan umur,disaat kita sibuk,disaat kita apapun tapi lima menit kita dapat sujud dihadapan allah azza wa jalla,itu umur yang penuh dengan keberkahan…
yang ke tiga waktu sehat mu sebelum datang waktu sakit mu
disaat engkau sakit engkau ingin beribadah tapi sudah tidak mampu lagi
tetapi pada waktu kita sehat kita sia-siakan umur kita didalam kesehatan itu…
yang ke empat waktu muda mu sebelum datang waktu tua mu
disaat engkau memiliki umur yang masih muda engkau bisa ruku’,engkau bisa sujud
engkau bisa pergi haji,engkau bisa melakukan sholat malam,engkau bisa membaca al qur’an
tetapi disaat sudah datang hari tua mu,engkau rabun mata mu,berdiri pun sudah bergetar,ke masjid pun perlu dituntun
allah huakbar sungguh umur mu telah engkau sia-siakan…
dan yang ke lima sabda rasulullah saw waktu keberadaan mu sebelum datang waktu ketiadaan mu
terlintas umur keutamaan yang allah berikan kepada kita,
renungkan!!!
karena karunia ini sungguh besar,karunia ini sungguh agung yang allah berikan kepada kita
disaat umur itu telah datang maka tidak akan ada lagi yang dapat dimundurkan,atau di majukan
hanya ada satu kalimat innalilahi wa inailaihi rajiun…
semoga allah memberikan keberkahan pada umur kita..
sumber:dikutip dari diambang fajar sctv
nb:pesan q terhadap sabda rasulullah saw diatas,marilah kita gunakan sisa umur kita untuk melakukan kebaikan,melakukan amal perbuatan yang akan menolong kita kelak di hari akhir,semoga saat sakaratul maut kelak menjemput q dan semua qt berada dalam kondisi yang baik agar kita dapat pergi dengan tenang..
amin….
wassalamualaikum wr wb

iri dan dengki,kenali kemudian jauhi

Sebagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat iri dan dengki. Dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang punya mobil mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada seorang ustadz yang memiliki murid yang pintar dan lain sebagainya.
Dan sungguh tidak bisa dibayangkan, ketika abad globalisasi dan keterbukaan yang telah mulai membuka pintunya akan semakin memberikan peluang untuk membuka ‘kran hati’ untuk saling mendengki. Karena ukuran globalisasi identik dengan materi. Orang pun semakin tak bisa mengendalikan hati.
Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia. Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.
Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki
Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait dan berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, yang artinya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)
Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS. Al Baqarah: 109)
Kedengkian saudara-saudara Yusuf kepada dirinya mengakibatkan sebagian dari mereka ingin menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Yusuf ‘Alaihis Salam. Allah Ta’ala mengisahkan dalam firmanNya, yang artinya: “(Yaitu) ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf: 8 – 9)
Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela: “Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)
Sebab-sebab Dengki
Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar keluarga, antarteman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berde-katan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.
Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di antara mereka.
Kecintaan kepada dunia yang mengakibatkan dengki antarsesama disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya karena permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Diusahakanlah agar jangan ada kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat nikmat, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.
Sebab kedua adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
Sebab ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya. Termasuk dalam sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Kedengkian mereka itu dilukiskan Allah Ta’ala dalam firmanNya, yang artinya: “Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?” (QS. Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak keberatan mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar, tidak dari anak yatim atau orang biasa.
Sebab keempat, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut sehingga mereka berkata: “Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?” (QS. Al-Mu’minun: 34). Allah Ta’ala menjawab keheranan mereka dengan firmanNya, yang artinya: “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu ?” (QS. Al A’raaf: 63)
Sebab kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.
Sebab keenam, ambisi memimpin (hubbur riyasah). Hubbur riyasah dengan hubbul jah (senang pangkat/kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang di pojok dunia ingin menandingi-nya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja, atau paling tidak hilang pengaruhnya.
Sebab ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya. Orang sema-cam ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.
Terapi Mengobati Dengki
Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya kita ketahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia. Dan bahwa kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat darinya. Dan nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita. Bahkan seandainya ada orang yang tidak beriman kepada hari Kebangkitan, tentu lebih baik baginya meninggalkan sifat dengki daripada harus menanggung sakit hati yang berkepan-jangan dengan tiada manfaat sama sekali, apatah lagi jika kemudian siksa akhirat yang sangat pedih menanti?
Bahkan kemenangan itu ada pada orang yang didengki, baik untuk agama maupun dunia. Dalam hal agama, orang itu teraniaya oleh Anda, apalagi jika kedengkian itu tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain sebagainya. Dan balasan itu akan dijumpai di akhirat. Adapun kemenang-annya di dunia adalah musuhmu bergembira karena kesedihan dan kedengkianmu itu.
Adapun amal yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo’a agar nikmat itu ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku orang-orang salaf yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang tersebut. Dan sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan kata-kata Ibnu Sirin: “Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga, maka bagaimana aku menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju Surga. Dan jika dia penduduk Neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan dunianya sementara dia sedang berjalan menuju ke Neraka.”
(Sumber Rujukan: Al Qur’an)

Disalin dari: Arsip Moslem Blogs dan sumber artikel dari Media Muslim Info

29 September 2009

Pernikahan Muda Tak Selamanya Dini

menikah cepat bukan berarti menikah tergesa-gesa.


| menikah muda menjadi pernikahan yang indah bila pandai
  menanam benih-benih cinta.


| kemampuan mendamaikan diri sendiri mempunyai peran
  untuk dapat mendamaikan semua.


| mengeluarkan hati dan perasaan dari sebuah masalah
  merupakan salah satu cara untuk dapat menyelesaikan masalah.
  karena dapat melihat, mengamati, dan memberikan solusi.


| Cara untuk membuat diri jatuh cinta padanya adalah _
   bangun di malam hati, mendoakan untuk kebaikannya setulus hati.
   memunguti keburukannya.
   meletakan intan-intan indah di jiwanya: kesantunan, kesabaran, tanggung jawab,
   integritas, kedamaian .  . .

labirin dakwah


gerbang masuknya hanya satu...
pintu keluarnya juga hanya satu..

didalamnya penuh dengan lika-liku..jalan buntu, dan jebakan.
banyak yang masuk kedalamnya tapi tak bisa keluar.
bahkan kelaparan dan haus menyerang.
dinding tinggi sebagai penghalang menghalau kita untuk bergerak bebas..

tapi, sadarkah kita?
semua itu hanyalah mindset otak kita sendiri.
otak yang kadang terlalu kita banggakan dengan memberinya makanan imajinatif nan ilmiah.
terkurung dalam penjara kesempurnaan dunia buatan kita sendiri.

berapa banyak aktivis yang masuk kedalam labirin terjebak dan menemui jalan buntu.
berapa banyak aktivis yang masuk lantas tersesat dengan keputus-asaan.

bisa jadi karena mereka terjebak oleh imajinasi ilmiah mereka sendiri.
imajinasi yang telah mengalahkan diri mereka dan hati mereka sendiri.

berikut sedikit kisah mengenai labirin buatan Allah
Alkisah, raja Babilonia membangun labirin besar yang serba rumit. Meniru kerumitan semesta, kilahnya. Bukan dua dimensi, karena ada lorong mendaki, tangga2, pintu2, dan tentu banyak jalan buntunya. Berbiaya tinggi, dan sungguh rumit, sehingga manusia normal bisa mati kehausan atau kelaparan sebelum berhasil menemukan jalan keluar.
Ketika raja Arab berkunjung, raja Babilonia memamerkan labirin besar tersebut. Di dalam, ia meninggalkan raja Arab. Raja Arab mencoba keluar, tapi sungguh rumit labirin itu, sehingga ia sungguh2 makin tersesat. Memahami bahwa ini hanya miniatur kerumitan semesta Tuhan, ia pun mulai berdoa memohon perlindungan, kemudian mempercayai intuisinya, yang akhirnya berhasil membawanya keluar labirin. Menghadap raja Babilonia, ia tersenyum, dan mengucapkan terima kasih karena telah ditunjukkan kerumitan luar biasa dari kepandaian Babilonia.
Kembali ke negaranya, ia menyusun pasukan, dan langsung menyerang Babilonia. Pasukan hanya menculik raja Babilonia, dan kemudian meninggalkan kerajaan. Sang raja dibawa ke tengah gurun Arabia. Berkata si raja Arab: “Ini adalah labirin raksasa kami. Sungguh rumit, biarpun tak satu dindingpun membatasinya. Selamat berjuang sahabatku.” Lalu mereka meninggalkan raja Babilonia itu di tengah gurun maha luas itu.



28 September 2009

al-ghurbah [ghozwul fikr]

apa yang terbayang dengan kata2 "ghuraba"

"terasing"...y kan?

dan tentunya kita akan merasa "terasing" dari lingkungan tempat kita hidup..

y karena kita aktivis da'wah..makanya kita "asing" dengan dunia hura2..
y karena kita da'i kita menjauhi ladang maksiat..dan karena itu kita bangga karena kita yang "gharib"..

y inilah..y  itulah..dan "ya" lainnya..

dan, ternyata?!

tanpa sadar kita terjebak dalam materi tarbiyah kita sendiri..
hmm...apa itu?

ane coba kaitkan dengan "ghozwul fikr"..[jangan protes dulu ya!]

"al-ghurbah" yang kita pahami selama ini jangan2 adalah penafsiran salah dari "al-ghurbah" yang sebenarnya.

coba cek yang ini,

Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing; maka berbahagialah bagi kaum ghuraba' (orang-orang yang asing tersebut)". [H.R.Muslim]


KAJIAN BAHASA
1. Lafazh ghariiban ; yang merupakan derivasi (kata turunan) dari lafazh al-Ghurbah memiliki dua makna: pertama, makna yang bersifat fisik seperti seseorang hidup di negeri orang lain (bukan negeri sendiri) sebagai orang asing. Kedua, bersifat maknawi -makna inilah yang dimaksud disini- yaitu bahwa seseorang dalam keistiqamahannya, ibadahnya, berpegang teguh dengan agama dan menghindari fitnah-fitnah yang timbul adalah merupakan orang yang asing di tengah kaum yang tidak memiliki prinsip seperti demikian. Keterasingan ini bersifat relatif sebab terkadang seseorang merasa asing di suatu tempat namun tidak di tempat lainnya, atau pada masa tertentu merasa asing namun pada masa lainnya tidak demikian.

2. Makna kalimat " bada-al Islamu ghariibaa [Islam dimulai dalam kondisi asing]" : ia dimulai dengan (terhimpunnya) orang per-orang (yang masuk Islam), kemudian menyebar dan menampakkan diri, kemudian akan mengalami surut dan berbagai ketidakberesan hingga tidak tersisa lagi selain orang per-orang (yang berpegang teguh kepadanya) sebagaimana kondisi ia dimulai.

3. Makna kalimat " fa thuuba lil ghurabaa' [maka berbahagialah bagi kaum ghuraba' (orang-orang yang asing tersebut) ] " : Para ulama berbeda pendapat mengenai makna lafazh thuuba . Terdapat beberapa makna, diantaranya: fariha wa qurratu 'ain (berbahagia dan terasa sejuklah di pandang mata); ni'ma maa lahum (alangkah baiknya apa yang mereka dapatkan); ghibthatan lahum (kesukariaanlah bagi mereka); khairun lahum wa karaamah (kebaikan serta kemuliaanlah bagi mereka); al-Jannah (surga); syajaratun fil jannah (sebuah pohon di surga). Semua pendapat ini dimungkinkan maknanya dalam pengertian hadits diatas.


INTISARI DAN HUKUM-HUKUM TERKAIT
1. Hadits tersebut menunjukkan betapa besar keutamaan para Shahabat radhiallaahu 'anhum yang telah masuk Islam pada permulaan diutusnya Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam karena karakteristik tentang ghuraba' tersebut sangat pas buat mereka. Keterasingan (ghurbah) yang mereka alami adalah bersifat maknawi dimana kondisi mereka menyelisihi kondisi yang sudah berlaku di tengah kaum mereka yang telah terwabahi oleh kesyirikan dan kesesatan.

2. Berpegang teguh kepada Dienullah, beristiqamah dalam menjalankannya serta mengambil suri teladan Nabi kita, Muhammad Shallallâhu 'alaihi wasallam adalah merupakan sifat seorang Mukmin yang haq yang mengharapkan pahala sebagaimana yang diraih oleh kaum ghuraba' tersebut meskipun (dalam menggapai hal tersebut) kebanyakan orang yang menentangnya. Yang menjadi tolok ukur adalah berpegang teguh kepada al-Haq, bukan kondisi yang berlaku dan dilakukan oleh kebanyakan orang. Allah Ta'ala berfirman: "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya..." (Q.S. 6:116).

3. Besarnya pahala yang akan diraih oleh kaum ghuraba' serta tingginya kedudukan mereka. Yang dimaksud adalah kaum ghuraba' terhadap agamanya alias mereka menjadi asing lantaran berpegang teguh kepada al-Haq dan beristiqamah terhadapnya, bukan mereka yang jauh dari negeri asalnya dan menjadi asing disana.

4. Dalam beberapa riwayat, dinyatakan bahwa makna al-Ghuraba' adalah orang yang baik/lurus manakala kondisi manusia sudah rusak. Juga terdapat makna; mereka adalah orang yang memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia. Ini menunjukkan bahwa kelurusan jiwa semata tidak cukup akan tetapi harus ada upaya yang dilakukan secara bijak, lemah lembut dan penuh kasih sayang dalam memperbaiki kondisi manusia yang sudah rusak agar label ghuraba' yang dipuji dalam hadits diatas dapat ditempelkan kepada seorang Mukmin.

_________________________

udah ngeh belum?
coba ane jelasin dikit dah ya..
[maaf-maaf kata nih..bukan bermaksud sok ngajar2in ke yang lebih berilmu^_^]

"ghuraba" disini adalah sesuatu yang "mencengangkan"..menimbulkan suatu keheranan masyarakat akan perilaku ummat Islam..

misal, suku quraisy terheran2 dengan da'wah rasulullah..
-pertanyaanya, adakah rasulullah "asing" bagi mereka?-

"asing" disini adalah sesuatu yang membuat kekaguman..keheranan yang membuat orang bertanya-tanya dan penasaran..
______________

lah kita?
heran..jelas!
orang bertanya-tanya..itu pasti!
penasaran...g usah ditanya!

tapi...kagum?
ntar dulu...

mari tata diri kita dan menjadi asing yang memang "asing"..mencengangkan dengan segala kelebihan..mengherankan dengan segala kemampuan..membuat orang penasaran akan ilmu kita..dan tentunya membuat orang lain kagum atas agama kita..

allahua'lam bishshawab





25 September 2009

Kabar Gembira Berupa Masuk Surga...

Teman-teman semoga Allah ta'ala memberi taufiqNya kepadaku dan kalian semuanya,

Ketahuilah, diantara yang paling disenangi manusia adalah ketika dia mendapat kabar gembira, lihat saja betapa banyak pencari kerja merasa bahagia tatkala lamaran pekerjaannya diterima, atau lihatlah bahagianya para pelajar yang terdengar kabar bahwa dirinya lulus ujian sekolah, dan segudang kabar gembira lainnya...

Tapi, ketahuilah teman-teman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memberi kabar gembira yang sekiranya kita diberi kabar gembira tersebut tentu kita sangat senang, wajah kita akan berseri, hati merasa tentram dan segudang rasa gembira akan bertabur dalam hati kita.

Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان في الجنة وعلي في الجنة وطلحة في الجنة والزبير في الجنة وعبد الرحمن بن عوف في الجنة وسعد في الجنة وسعيد في الجنة وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة

Abu Bakar di surga, Umar bin Al-Khattab di surga, Utsman bin ‘Affan di surga, Ali bin Abi Thalib di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Sa’ad bin Abi Waqqash di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah di surga. Hadits riwayat Imam Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani rahimahullah dari jalan shahabat Abdurrahman bin Auf radhiyallahu 'anhu.

Ya subhanallah, mereka adalah manusia yang terbaik yang telah dijamin surga, maka adapun kita tidak ada jalan lain untuk meraih tiket kesurga kecuali mengikuti mereka dengan baik dalam memahami al quran dan as sunnah, sehingga kita buang jauh-jauh pemahaman, atau amalan atau keyakinan yang tidak pernah mereka pahami dan juga tidak pernah mereka amalkan.

Allah ta'ala berjanji kepada setiap orang yang mengikuti para salafush sholih (para shahabat radhiyallahu 'anhum) yakni tiket ke surga.

Hayatilah firman Allah ta'ala:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ

جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. At Taubah: 100

Jogja, 13 Mei 2009 Masehi - 14 Jumadil Awwal 1430 Hijriyyah

Aboe Salman Herry Septiady Bin Hatok Al Batamy

24 September 2009

Berbagi kepada sesama



Asmlkm akhi wa ukti fillah.Sebelumnya ana ingin mengucapkan Taqobballahu minna wa minkum shiyaamanaa wa shiyamakum kullu aamin wa antum bil khoir.Minal aidzin wal faidzin.mhn maaf lahir n batin.Semoga amal ibadah yang kita lakukan sepanjang bulan ramadhan ini diterima oleh Allah SWT.
Menyoroti tradisi Lebaran tahun ini,rasanya tidak akan jauh berbeda dibandingkan hari2 sebelumnya.Semua orang tua dan muda bergembira bersama menyambut datangnya hari kemenangan ini.Mal2 n pusat perbelanjaan sontak menjadi penuh n ana yakin pada malam ini merupakan puncak dri arus "mudik" ke tempat2 tersebut.

Tapi pernahkah kita sadar tentang nasib saudara2 kita yang tidak seberuntung kita.Mereka mungkin mendapatkan zakat fitrah dari kita.Tpi kebanyakan dari kita menganggap memberi mereka zakat hanya sekedar kewajiban.Kita membelanjakan uang sampai ratusan ribu demi baju Lebaran sedangkan dalam memberi zakat kita hanya mengeluarkan mgkin cma 15 ribu.Kadangkala malah batas minimal pembayaran zakat itu yang kita pilih.Yah sekedarnya lah.Padahal itu hanya batasan.Tidak menjadi patokan.Jadi amat ironis pemborosan yang kita lakukan.

Fenomena jga yang terjadi adalah semakin "lenyapnya" orang2 yang pergi ke masjid.Sekarang yang sholat itu2 saja.Malah ada yang saking ironisnya,seorang jamaah melakukan 3 tugas.Adzan,iqamah,n imam dengan makmum seorang penjaga masjid.Ibnu Mas'ud sahabat Nabi yang mulia mengingatkan.Seburuk2 umat adalah yang mengabaikan hak Allah(beribadah) kecuali hanya di bulan Ramadhan.Naudzubillah.

Marilah kita sejenak merenungkan ini.Pantaskah ini kita lakukan?Pantaskah kita berfoya2 padahal saudara2 kita mgkin kyk di Tasikmalaya yang baru mengalami musibah gempa memikirkan tempat tinggal aja dah sulit.Pantaskah kita kembali meninggalkan Allah dan menghindari jamuannya 5 kali sehari di rumah-Nya yang mulia?

Mari kita kembali mengacu pada teladan kita,manusia yang paling disayangi Allah,sayyida anbiya wal mursalin Rasulullah SAW.Kalau sudah berbicara tentang beliau tidak akan habis-habisnya.Ana uhibbuka fillah ya Al Mustafa.Beliau pernah bersabda Laisal liman labisal jadid walakinnal 'ieedu liman thoo"atuhu yazid(Berhari raya bukanlah bagi orang yang berpakaian serba baru tetapi berhari raya adalah bagi orang yang taatnya bertambah)

Para sahabat bertanya-tanya ada apa gerangan yang menunda kedatangan beliau. Rupanya di perjalanan menuju masjid,beliau melihat ada seorang anak kecil yang sedang menangis terisak-isak. Padahal, teman-teman sebayanya bersukaria dengan berbusana serbabaru dan bagus-bagus.”

“Kenapa kau menangis sendirian wahai anakku, padahal hari ini kan hari bergembira,” tanya Nabi SAW kepada bocah malang tersebut. ”Bagaimana aku tidak menangis, mereka punya pakaian baru,punya uang jajan banyak,habis makan enak,sedangkan aku…,aku enggakpunya apa-apa,” jawab bocah itu polos tanpa menoleh sedikit pun orang yang menyapanya.

”Memangnya ayah-ibu kamu ke mana?” tanya Nabi ingin tahu penyebab kesedihannya. ”Ayahku sudah meninggal, ibuku kawin lagi, dan harta kekayaan peninggalan almarhum ayahku sudah habis oleh ayah tiriku,” kata anak itu dengan isak tangisnya yang kian menjadi-jadi.

Mendengar ucapan anak itu,Nabi membelai kepala anak yatim tersebut dengan kasih sayang,menyapanya dengan lembut dan berkata, ”Bagaimana seandainya Fatimah Az-Zahra jadi kakakmu,Ali bin Abi Thalib jadi abangmu, dan Hasan-Husein jadi saudaramu, sedangkan aku jadi ayahmu,apakah engkau mau?” Ucapan Rasul tersebut membuat sang bocah yang sedang terisak itu berhenti dari tangisannya.

Dia kaget, jangan-jangan yang sedang mengajaknya berbicara adalah Rasulullah. Dia baru sadar ketika menengok dan ternyata benar saja, manusia mulia yang sedang mengajaknya bicara adalah Rasulullah Muhammad SAW.

”Tentu saja saya mau banget dan senang sekali,ya Rasulullah…”seru anak itu gembira dan seketika isak tangisnya berubah menjadi senyum dan tawa kebahagiaan. Rasulullah langsung membimbing anak tersebut ke rumah beliau, lantas dimandikan, dipakaikan pakaian yang bagus sebagaimana pakaian yang digunakan cucunya,Hasan dan Husein serta diberikan uang jajan secukupnya.

Setelah itu, anak tersebut bergabung dengan teman-teman sebayanya dengan wajah ceria dan senyuman kebahagiaan, sementara Rasulullah meneruskan perjalanan menuju masjid untuk mengimami salat Idul Fitri. Kisah Rasul memang penuh dengan kisah-kisah keteladanan dan kepedulian serta kasih sayang terhadap sesama, begitu juga dengan para sahabat beliau.

Lalu bagaimana dengan kita?Di sana masih banyak yang perlu pertolongan kita.Percayalah saudaraku,ada kenikmatan tersendiri di hatimu saat engkau membantu mereka n melihat mereka bergembira karena pemberianmu.Niscaya hatimu akan menjadi lembut n semakin besar rasa bersyukurmu pada Ar Razzaq Maha Pemberi rejeki.

Mudah2han dapat kita laksankan.Ingat ilmu tanpa amal bagaikan keledai(himar) yang membawa kitab2 tebal seperti sindiran Allah pada kaum Yahudi sedangkan amal tanpa ilmu dapat menjurus ke bi'dah dan kesesatan.Wallahualam bis shawab.Wassmlkm wr wb